× -language-

×

view_list1.png Article     view_masonry.png Gallery     view_list2.png Videos    
×
  • url:
×
×
×
5 0 0 0 0 0
5
   ic_mode_dark.png

5 cara yang terbukti bikin ide kamu lebih mudah diterima

Daniel Kahneman dalam buku Thinking, Fast and Slow menjelaskan bahwa manusia punya dua sistem berpikir:
• Sistem 1: cepat, intuitif, emosional.
• Sistem 2: lambat, logis, analitis.

Nah, ide yang kamu sampaikan akan gagal kalau cuma nyentuh salah satunya.
Kuncinya: gabungkan logika & emosi.
Berikut 5 cara yang terbukti bikin ide kamu lebih mudah diterima:

1. Mulai dengan Masalah yang Relevan, Bukan Solusi Langsung

Contoh salah:

“Aku punya ide buat tingkatin penjualan…”

Contoh benar:

“Kita semua ngerasa target bulan ini berat, kan? Nah, gimana kalau ada cara yang gak bikin tim burnout tapi tetap naik?”

Menurut Simon Sinek (Start With Why), orang lebih tertarik pada “alasan kenapa” dibanding “apa yang harus dilakukan.”
Masuk lewat masalah → bangun rasa sepemahaman → baru tawarkan ide.

2. Gunakan Cerita Nyata, Bukan Cuma Data

Data bisa bikin orang mengerti. Tapi cerita bikin orang peduli.

Coba bandingkan:

“62% orang stres karena kerja.”
vs
“Kemarin teman saya sampai nangis di toilet kantor karena gak tahan tekanan kerja. Dan dia bukan satu-satunya.”

📚 Referensi: Chip & Dan Heath – Made to Stick
Cerita yang konkret dan emosional akan menempel lebih kuat di pikiran orang, daripada grafik PowerPoint.

3. Tunjukkan Dampaknya Bagi Mereka (Bukan Cuma Untukmu)

Orang cenderung menolak ide kalau mereka rasa itu cuma menguntungkan kamu.
Jadi ganti perspektifmu:

Bukan “Ini ide bagus karena aku udah mikir keras.”
Tapi:
“Ini bisa bikin kerjaan kita lebih ringan, dan kamu gak perlu revisi berkali-kali lagi.”

📚 Referensi: Robert Cialdini – Influence
Gunakan prinsip “reciprocity” dan “self-interest”—jelaskan bagaimana ide kamu menguntungkan mereka.

4. Gunakan Kalimat yang Mengajak, Bukan Menantang

Daripada:

“Kalau kamu gak setuju, ya udah. Tapi ini ide paling masuk akal.”

Coba:

“Boleh gak kita lihat ini bareng-bareng? Aku pengen tahu juga kalau kamu ada sudut pandang lain.”

Kalimat yang terbuka membangun rasa aman.
📚 Referensi: Chris Voss – Never Split the Difference
Nada kolaboratif meningkatkan kepercayaan → dan kepercayaan bikin orang lebih mudah bilang: “Oke, aku ikut.”

5. Tutup dengan Kalimat Visual & Emosional

Kalimat penutup bukan sekadar formalitas. Itu momen terakhir yang nempel.

Contoh:

“Bayangin kalau ide ini berhasil… kita pulang gak terlalu malam, tim tetap perform, dan kerja gak lagi terasa berat tiap akhir bulan.”

📚 Referensi: Nancy Duarte – Resonate
Otak manusia merespons kuat pada visualisasi emosional → itu membuat ide terasa lebih “milik bersama”, bukan sekadar usulanmu sendiri.

Meyakinkan orang bukan tentang jadi yang paling pintar. Tapi tentang jadi orang yang paling nyambung secara logika dan rasa.

Dari lima cara tadi, mana yang paling sering kamu pakai… dan mana yang baru kamu sadari?
Tulis di komentar, dan bagikan postingan ini ke temanmu yang sering bilang:

“Kenapa sih ideku gak pernah didengar?”
Mungkin bukan idenya yang salah cuma caranya aja yang perlu diracik ulang.

❮ previous
next ❯
infodunia
+

banner_jasaps_250x250.png
<<
login/register to comment
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png order
  • sound.png malsAI
  • view_masonry.png grid
  • ic_mode_dark.png night
× rexpos
    ic_posgar2.png x.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× order
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_grid.png ic_mode_dark.png ic_other.png
+
ic_argumen.png