× -bahasa-

×

view_list1.png Portall   view_list1.png Artikel   view_masonry.png Galeri   view_grid.png Cerita   view_list2.png Video  
×
  • url:
×
×
×
6 0 0 0 0 0
6
   ic_mode_light.png

Selalu Dipakai Nama Jalan, Inilah Torehan Prestasi Jendral TNI Gatot Subroto

Nama Gatot Subroto sebagai nama jalan sudah bukan hal yang asing lagi. Hampir di semua jalan protokol di berbagai kota di Indonesia selalu memakai Gatot Subroto menjadi nama jalan.

Dari data yang kami baca Jenderal TNI Anumerta Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional lewat Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 283 tanggal 18 Juni 1962.

Gatot Subroto menamatkan pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Namun dia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan memilih menjadi pegawai. Namun tak lama, profesi pegawai tidak dilakoninya lama. Gatoto pada tahun 1923 memasuki sekolah militer het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) di Magelang.

Dalam karier militernya, Gatot sempat menjadi sersan kelas II ketika dikirim di Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan masose.

Pahlawan kelahiran 10 Oktober 1907 ini dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya.

Keberadaanya dalam KNIL, memberikan dampak cukup besar bagi Gatot Subroto, yang membuatnya mampu memahami dan mengerti tentang menjadi seorang tentara. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer milik Jepang yang merekrut tentara pribumi untuk berperang, di Bogor.

Dari PETA ini, karier Gatot mulai merangkak naik. Selepas lulus dari pendidikan PETA, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya ditunjuk menjadi komandan batalyon.

Setelah kemerdekaan, pria kelahiran Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah ini memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, & Gubernur Militer Daerah Surakarta & sekitarnya.

Pada masanya itu, Gatot dianggap sebagai contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot sering memihak kepada rakyat pribumi. Hal itulah yang sering kali membuat ia ditegur oleh atasannya.

Namun, bukan berarti sering mendapat teguran dari atasan membuat Gatot Subroto kapok dan patuh terhadap perintah. Justru hal itulah yang membuat Gatot Subroto mendapatkan angin segar untuk sekadar 'menakuti dan mengancam' pihak Jepang.

Dia mengancam bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai komandan kompi dengan melemparkan atribut senjata perangnya. Melihat tindakan berani Gatot Subroto, atasannya kemudian meluluskan apa yang dikerjakan Gatot Subroto, yakni memihak pribumi terlebih rakyat kecil. Ia juga menentang Jepang jika berbuat semena-mena dan kasar terhadap anak buahnya.

TKR kala itu dipimpin Kolonel Sudirman, yang merupakan cikal bakal nama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sedangkan jabatan Gatot sebagai Kepala Siasat dan berganti menjadi Komandan Devisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang dianggap gemilang dalam pertempuran Ambarawa.
Kemudian di tahun 1948, pecah Peristiwa Madiun atau Madiun Affairs yang melibatkan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Tentara Nasional Indonesia.
Pemberontakan tersebut berada di wilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berakhir diatasi dengan baik oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Subroto. Saat melawan PKI, Gatot Subroto melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan.

Di sebelah barat, Gatot yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Soengkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.

Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.

Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.

Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kolonel Gatot Subroto.

Tak berbeda jauh dengan pemberontakan yg ada di Jawa, di Sulawesi Selatan juga terdapat pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh Kahar Muzakar pada tahun 1952. Lagi-lagi karena dinilai pandai dalam memasang strategi, Gatot Subroto diserahi untuk menumpas pasukan pemberontak dan kembali pulang dengan membawa kemenangan.

Tak hanya sekadar kemenangan, para pemberontak pun juga berhasil dibujuknya agar kembali dalam barisan TKR. Berkat usahanya tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium IV Diponegoro pada tahun yang sama.

Kemudian di tahun 1953, ketika terjadi kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak, Gatot Subroto yg dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer.

Ia pun mengundurkan diri dari dinas militer, tetapi tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakil KSAD) pada tahun 1956.

Melalui tangannya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Perdjuangan Rakjat Semesta (PRRI/Permesta) yang ada di Sumatra dan Sulawesi Utara.

❮ PREVIOUS
NEXT ❯
ArtikelinfoduniaCeritaFakta UnikWowInformasi MenarikSejarahMotivasiPeristiwaInspirasi
+
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list2.png listHD
  • ic_mode_light.png light
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_list2.png ic_mode_light.png ic_other.png
+