• POSGAR
  • login.png
×

×

view_list1.png Portall   view_list1.png   view_masonry.png   view_grid.png   view_list2.png  
×
  • url:
×
×
×
7 0 0 0 0 0
7
   ic_mode_light.png

Inilah Kuda-kuda terbaik di Dunia

Kuda diyakini sebagai salah satu ternak paling berpengaruh sepanjang peradaban manusia. Selain menjadi hewan pekerja, kuda juga digunakan sebagai sumber pangan, transportasi dan berburu.  Namun, fungsi terpenting kuda dalam catatan sejarah adalah sebagai kendaraan perang.


Salah satu contoh fenomenal  dari pemanfaatan kuda sebagai hewan tempur adalah pasukan kavaleri Kerajaan Mongol (1206-1368). Bermodalkan kuda padang rumput berpostur mungil, Jenghis Khan dan pasukannya mampu mendirikan imperium terbesar sepanjang masa yang wilayahnya terbentang luas  mulai dari Eropa timur hingga Semenanjung Korea.


Asal-usul kuda sebagai hewan ternak masih belum jelas hingga saat ini. Namun, sebagian ahli meyakini, nenek moyang kuda modern berasal dari Tarpan (Equus ferus ferus), sejenis kuda liar yang dahulu tersebar luas di Eropa. Suku-suku Kazakhstan kuno yang hidup pada masa 3500 SM diduga menjadi masyarakat pertama yang menjinakkan kuda liar sebagai hewan peliharaan.


Sebagai hasil adaptasi terhadap kondisi lingkungan, kuda dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kuda berdarah panas (Hot blood) dan kuda berdarah dingin (Cold blood). Perlu diingat bahwa istilah ini tidak ada kaitannya dengan sistem regulasi suhu tubuh dalam ilmu Biologi (Homoitherm-Poikilotherm).


Kuda berdarah panas umumnya berbulu pendek, bertubuh ramping, sangat aktif, memiliki kecepatan, daya tahan dan daya jelajah yang tinggi. Hal ini terbentuk sebagai hasil adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berada di area terbuka, bersuhu panas dan kering.


Sebaliknya kuda berdarah dingin hidup di hutan-hutan subtropis dan padang rumput bersalju. Untuk mempertahankan suhu tubuh, kuda di daerah ini memiliki postur tinggi besar, bertubuh kekar, berbulu tebal, panjang dan lebat.


Kuda yang memiliki tetua dari golongan hot blood dan cold blood disebut kuda warm blood. Kuda ini umumnya mewarisi karakter dari kedua golongan kuda tersebut.


Proses domestikasi dan budidaya selama ribuan tahun menghasilkan ratusan varietas (ras) kuda, yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Beberapa diantaranya, dikenal sebagai kuda-kuda terbaik, seperti yang akan diuraikan secara alfabetis, pada tulisan di bawah ini:



  1. Akhal-Teke


Akhal-Teke termasuk salah satu ras kuda tertua dan menjadi lambang nasional negara Turkmenistan. Jenis ini telah beradaptasi untuk hidup di gurun pasir Karakum yang luas. Kuda ini berukuran sedang dengan tinggi bahu antara  143-167 cm.


Bentuk tubuh ramping,  tipis, punggung memanjang. kaki jenjang dan perut kecil. Kepala lonjong, leher dan telinga panjang dengan rambut surai dan ekor jarang.  Secara umum, bentuk dan postur kuda ini mirip Greyhound, anjing tercepat sejagat, andalan pemburu satwa liar.


Sebagaimana ras kuda lainnya, Akhal-Teke memiliki banyak varian warna. Ciri khas yang menonjol dari kuda ini adalah bulu/rambut di sekujur tubuhnya yang berkilauan saat tertimpa cahaya matahari. Hal ini terlihat jelas pada kuda berwarna palomino atau buckskin. Kuda jenis ini dijuluki kuda emas (Golden Horse) dan didaulat sebagai kuda tercantik di dunia.


Pada sudut yang tepat, bulu/rambut  kuda Akhal-Teke  mampu memantulkan sebagian cahaya matahari sehingga permukaan tubuhnya tidak mendapat paparan sinar matahari yang berlebihan. Bulu/rambut metalik ini dikendalikan oleh gen resesif penentu warna cream yang telah mengalami mutasi.



Gambar 1. Akhal-Teke



Lingkungan gurun Karakum yang ekstrim menyebabkan kuda Akhal-Teke memiliki sifat-sifat unggul. Kuda ini dikenal cerdas, memiliki kecepatan lari dan kemampuan melompat yang tinggi serta daya tahan (endurance) yang sangat  baik. Akhal-Teke juga masih dapat bertahan hidup dengan suplai makanan dan air terbatas.


Pada tahun 1935, satu rombongan berkuda Akhal-Teke dari Turkmenistan dlaporkan pernah melakukan perjalanan dari kota Ashgabat (Turkmenistan) menuju Moskow (Rusia) yang berjarak 2500 mil selama 84 hari. Salah satu rutenya melalui gurun pasir tanpa sumber air sepanjang 235 mil selama tiga hari. Perjalanan ini menunjukkan daya tahan kuda ini melalui medan perjalanan yang ekstrim.


Berdasarkan sifat-sifat unggul yang dimiliki serta penampilannya yang indah, Akhal-Teke tercatat sebagai salah satu ras kuda dengan harga termahal di dunia. Bersama kuda Arab, Akhal-Teke kerap dikawinsilangkan dengan kuda lain membentuk banyak varietas kuda modern. Salah satu diantara turunannya adalah kuda balap Thoroughbred yang pertamakali dibudidayakan di Inggris.


Saat ini, kuda Akhal-Teke banyak dilibatkan dalam berbagai ajang lomba olahraga berkuda, seperti: halang rintang, tunggang serasi, pacuan kuda, trilomba (eventing), cross country (endurance) dan lain-lain.


2. American Quarter


American Quarter adalah kuda paling populer dan paling banyak dipelihara di Amerika Serikat. Kuda ini dikenal dengan kecepatan larinya yang sangat kencang saat menempuh lomba berjarak  sekitar seperempat mil (Quarter mile). Gerakan manuver kuda ini juga sangat baik dibandingkan ras kuda lainnya. American Quarter mampu berlari dengan kecepatan 88,5 km/jam dalam jarak pendek.


American Quarter berasal dari persilangan antara ras kuda Arab, Thoroughbred, Barbary dan kuda lokal yang dibawa dari Spanyol pada masa Conquistador abad ke 17.


American Quarter

Gambar 2. American Quarter



Beberapa ciri khas dari American Quarter adalah tubuh tidak terlalu besar dengan tinggi bahu antara 142-163 cm. Berat badan berkisar antara 500-540 kg. Kepala berukuran kecil dan pendek, bertubuh atletis dengan dada bidang dan perut sedang.


Salah satu ciri yang sangat menonjol dari kuda ini adalah otot bagian pantat dan pinggulnya yang tebal, besar dan membulat. Kuda ini memiliki banyak varian warna.


American Quarter kerap digunakan sebagai kuda tunggangan, hewan pekerja di peternakan, hewan atraksi dalam pertunjukan ketangkasan seperti rodeo, olahraga berkuda hingga pacuan kuda. Kuda ini juga digunakan sebagai kuda patroli dan kuda tunggangan saat melakukan kegiatan di alam bebas.


3.  Andalusia


Kuda Andalusia berasal dari semenanjung Iberia dan telah dibudidayakan di Spanyol sejak berabad-abad yang lalu. Postur tubuh berukuran sedang dengan tinggi bahu 150-156 cm dan berat antara 412-512 kg.


Andalusia tergolong kuda berdarah panas dengan fisik yang kuat dan tampilan elegan. Sebagian besar populasinya berwarna abu-abu. Namun warna lain juga ditemukan. Perawakan gempal dengan kepala sedang, leher panjang dan lebar, bagian dada, perut dan bokong berotot besar serta punggung pendek agak melengkung. Surai dan rambut ekor tumbuh lebat dan panjang.


Kuda Andalusia dikembangkan oleh masyarakat muslim pada era pemerintahan Bani Umayyah hingga Kekhalifahan Cordoba (711-1492 M) sebagai kuda perang. Tetua kuda ini kemungkinan berasal dari kuda Barbary asal Afrika Utara yang disilangkan dengan kuda Arab dan kuda lokal setempat.


Setelah melalui proses seleksi selama berabad-abad, kuda Andalusia memiliki beberapa sifat-sifat unggul seperti kemampuan lari yang cepat, mudah beradaptasi terhadap kondisi lingkungan berbeda serta memiliki stamina dan daya tahan yang baik.


Dalam satu ujian lapangan oleh pihak militer, kuda Andalusia dilaporkan mampu mendaki area pegunungan dengan rute sejauh 40 km dengan kecepatan konstan minimal 10km/jam, dan berlari dengan kecepatan konstan 48 km/jam sejauh 8 km dengan membawa beban seberat 70 kg.


Kuda Andalusia

Gambar 3. Andalusia



Kuda Andalusia dikenal cerdas, sensitif, namun jinak dan mudah dilatih jika mendapat penanganan yang baik. Berbagai langkah dan manuver gerakan yang sulit dapat dikuasai oleh kuda ini dengan mudah. Oleh sebab itu, Andalusia kerap menjadi juara dalam ajang olahraga berkuda seperti tunggang serasi dan halang rintang.


Dalam budaya populer, kuda Andalusia kerap dilibatkan dalam film-film bergenre sejarah, perang, petualangan atau fantasi, seperti: Braveheart, Gladiator, Lord of The Ring. Tomb Raider, The Lion, The Narnia dan lain-lain. Kuda Andalusia juga sering digunakan dalam acara adu banteng (bull fighting) yang melibatkan matador terlatih dengan seekor banteng buas yang dipelihara secara khusus.


Bangsawan Eropa umumnya memiliki kuda Andalusia sebagai kendaraan perang atau hewan tunggangan saat berburu rusa. Banyaknya sifat unggul yang dimiliki menyebabkan kuda ini dijadikan indukan untuk disilangkan dengan kuda Eropa lainnya untuk menghasilkan ras-ras baru seperti: Friesian, Groningen, Hanoverian, Holstein, Neapolitan dan lain-lain. Kuda Criollo dari Argentina juga masih termasuk turunan langsung dari kuda Andalusia.


4.  Appaloosa


Appaloosa merupakan ras kuda asal Amerika Serikat yang terkenal dengan pola totol-totol yang unik pada kulitnya. Kuda ini pertama kali dibudidayakan oleh suku Indian Nez Perce pada abad 16-17 dari kuda Spanyol yang tiba di benua Amerika pada masa Conquistador. Nama Appaloosa berasal dari kata “palouse”, sebuah anak sungai yang mengalir melalui Washington dan Idaho yang menjadi tempat tinggal suku Indian Nez Perce.


Secara umum, postur tubuh Appaloosa mirip kuda Andalusia dengan kepala kecil, leher lebar serta punggung melengkung dan pendek. Otot sekitar dada, perut dan pinggul cukup besar. Tinggi bahu berkisar antara 142-163 cm dengan berat antara 430-570 kg. Surai dan rambut ekor tipis.



Gambar 4. Appaloosa



Kuda Appaloosa memiliki varian warna yang sangat beragam seperti: totol hitam putih, totol coklat, hitam, coklat, coklat kemerahan, merah berangan, abu-abu, putih dan lain-lain. Warna totol pada kuda ini berasal dari mutasi gen penentu warna kulit yang dikenal dengan sebutan “leopard-complex gene”.


Ciri khas lain dari kuda Appaloosa adalah sklera mata berwarna putih mirip mata manusia. Kuku kaki berwarna belang dengan pola selang-seling antara warna kuning gading dengan abu-abu. Pada musim tertentu, kulit kuda ini akan mengalami pengelupasan (moulting).


Untuk meningkatkan performa. kuda Appaloosa modern disilangkan dengan kuda American Quarter, kuda Arab dan Thoroughbred. Turunan dari hasil kawin silang kuda ini tetap digolongkan ke dalam ras Appaloosa.


5. Arabian


Kuda Arab termasuk salah satu ras kuda tertua di dunia. Kuda ini dikembangkan oleh suku Badui di Jazirah Arab sebagai kuda tunggangan yang menyertai kafilah dagang sekaligus sebagai kuda perang. Seleksi ketat selama ribuan tahun menghasilkan kuda tangguh yang mampu bertahan hidup di wilayah gurun yang ekstrim.


Fisik kuda Arab sangat khas sehingga mudah dikenali. Mata dan hidung berukuran besar dengan kepala dan moncong kecil. Jika dilihat dari samping, garis muka kuda Arab melekuk cukup ekstrim ke arah dalam. Leher kuda ini juga melengkung ke depan dengan surai tipis.


Punggung kuda Arab cukup panjang dengan sedikit lekukan sehingga memberi ruang yang luas bagi penunggang kuda untuk melakukan berbagai manuver. Otot pinggul dan bagian belakang tubuh tidak terlalu besar. Selain garis muka yang sangat melekuk ke arah dalam, ciri paling khas dari kuda ini adalah pangkal ekornya yang selalu tegak.


Kuda Arab

Gambar 5. Arabian



Postur tubuh kuda Arab tergolong ramping dengan struktur pertulangan yang baik. Tinggi bahu 145-155 cm. Tulang kaki dan kukunya kokoh sehingga mudah berjalan di atas pasir yang labil. Kuda Arab juga mampu melakukan berbagai manuver saat bergerak dengan kecepatan tinggi.


Kuda Arab jantan dikenal sangat aktif dan waspada sehingga harus ditangani dengan hati-hati oleh penunggang kuda berpengalaman. Sebaliknya, kuda betina berpembawaan lebih tenang sehingga lebih sering digunakan sebagai kuda tunggangan. Kuda betina juga lebih jinak sehingga aman didekati oleh anak dan remaja di bawah usia 18 tahun.


Hidup di gurun pasir yang ekstrim membentuk kuda Arab menjadi hewan yang tangguh. Meski tidak memiliki kemampuan berlari secepat kuda Thoroughbred, kuda Arab memiliki daya tahan tubuh dan stamina yang tak tertandingi. Oleh sebab itu, pada ajang lomba ketahanan berkuda (endurance) yang umumnya menempuh jarak 100 mil (160 km) dengan waktu tempuh 10-15 jam, kuda Arab hampir selalu dipastikan menjadi juara.


Selain memiliki daya tahan dan stamina yang tinggi, kuda Arab juga mudah beradaptasi dan cepat mempelajari hal baru. Dengan semua keunggulan ini, kuda Arab selalu menjadi pilihan utama untuk disilangkan dengan ras kuda lainnya. Saat ini, hampir semua ras kuda modern hasil persilangan di abad 18-19 memiliki darah kuda Arab sebagai salah satu tetuanya. Kuda Arab berdarah murni atau kuda Arab yang pernah menjuarai lomba masuk dalam jajaran kuda termahal di dunia


6. Barbari


Barbari termasuk ras kuda dari Afrika utara dengan daerah sebaran mencakup wilayah Aljazair, Maroko dan Tunisia. Kuda ini awalnya dibudidayakan oleh masyarakat muslim pada masa kekhalifahan Bani Umayyah sekitar abad ke-8 sebagai hewan tunggangan dan kuda perang.


Kuda Barbari berpostur sedang dengan tinggi bahu antara 1,47 hingga 1,57 meter. Warna dominan adalah abu-abu, namun kuda dengan warna lain seperti coklat kekuningan, coklat kemerahan, coklat berangan dan hitam juga ditemukan.


Perawakan Barbari tergolong gempal dengan kepala sedang, leher sedang, punggung rata dan struktur kaki yang kuat. Salah satu ciri menonjol dari kuda Barbari adalah otot di bagian bokong dan pinggul yang berukuran besar. Otot ini umum ditemukan pada ras kuda yang mampu berlari cepat.



Kuda Barbary



Barbari tergolong kuda berdarah panas (hotblood). Lingkungan gurun pasir yang panas membentuk Barbari menjadi kuda yang tangguh, bertenaga, berstamina tinggi dan memiliki sifat temperamental yang ditakuti. Kuda ini bahkan mampu berlari sangat cepat dan melewati kuda Arab dengan mudah. Oleh karenanya, Barbari sering dilombakan pada ajang pacuan kuda yang diadakan bangsawan-bangsawan Eropa pada abad 14-16.


Selain kuda Arab, kuda Barbari juga menjadi tetua dari sebagian besar ras-ras kuda modern seperti: American Quarter, Andalusia, Appaloosa, Criollo, Friesian, Lusitano, Mustang, Standardbred hingga Thoroughbred.



  1. Brabant


Brabant termasuk kuda berdarah dingin (coldblood) dari Belgia. Kuda ini dikenal sebagai salah satu ras kuda terbesar di dunia dengan tinggi bahu antara 169-210 cm serta berat mencapai 900-1500 kg. Brabant memiliki banyak varian warna, mulai dari coklat, putih, abu-abu hingga hitam.



Kuda Brabant



Postur tubuh kuda Brabant tinggi, besar dan gempal dengan otot tubuh kekar dan kuat. Oleh karena itu, kuda ini dulunya banyak digunakan sebagai hewan pekerja untuk menarik kereta, menarik gerobak angkut dengan muatan yang berat, membajak sawah, menggerakkan mesin penggilingan dan sebagainya. Kuda ini juga menjadi sumber protein bagi sebagian masyarakat Eropa. Konon, kuda Brabant memiliki tekstur daging yang tidak terlalu keras dengan rasa menggoda.


Sepasang kuda Brabant berbobot total 2.200 kg dilaporkan mampu menarik kereta dengan muatan seberat 7.700 kg atau 7,7 ton sejauh 2, 18 meter. Bahkan dalam kejuaraan di negara Bagian Iowa USA, sepasang kuda yang terdiri dari seekor Brabant dan Percheron dengan bobot total 1.600 kg, mampu menarik kereta dengan muatan seberat 6.690 kg sejauh 4,6 meter.



Varian kuda Brabant



Saat memasuki era industri, kuda Brabant lebih sering digunakan sebagai kuda tunggangan pada musim berlibur atau menjadi kuda pertunjukan. Populasi kuda ini tidak terlalu banyak dibanding ras kuda lainnya karena biaya pemeliharaannya yang tinggi terutama untuk pakan, perawatan kebersihan dan kesehatan.



  1. Criollo


Criollo termasuk salah satu ras kuda penjelajah paling tangguh di dunia. Kuda ini hidup di kawasan Pampa, suatu area dataran rendah yang sangat luas dengan vegetasi didominasi rumput dan semak rendah. Wilayah Pampa termasuk daerah beriklim subtropis yang terletak di perbatasan antara Argentina, Brazil, Paraguay dan Uruguay. Suhu musim panas dapat mencapai antara 35-40° C. Sedangkan musim dingin dapat mencapai minus 5° C hingga 6° C.


Kuda Criollo termasuk satwa feral, yaitu hewan peliharaan yang terlepas kemudian mampu beradaptasi dan berkembangbiak di alam liar. Asal-usul kuda Criollo ini dapat dilacak dari sejarah penaklukan Amerika Latin oleh bangsa Spanyol pada abad ke 16.


Pada tahun 1535, seorang penguasa Spanyol yang dikenal sebagai pendiri kota Buenos Aires, Pedro de Mendoza, mengimpor 100 ekor  kuda Andalusia berdarah murni dari Cadiz (Spanyol) ke Rio de La Plata di Argentina.


Lima tahun kemudian (1540), terjadi peperangan yang menyebabkan kota Buenos Aires jatuh ke tangan suku Indian pribumi. Sekitar 12 hingga 45 ekor kuda Andalusia terpaksa dilepaskan begitu saja ke alam liar, saat pemukim Spanyol yang kalah perang melakukan eksodus dengan meninggalkan kota tersebut.


Empat puluh tahun kemudian (1580), kuda-kuda yang dilepaskan tadi telah berkembang biak hingga mencapai 12.000 ekor. Kuda yang hidup bebas di daerah Pampa ini kemudian ditangkap dan dijinakkan kembali oleh suku Indian untuk dijadikan kuda perang. Penduduk Argentina pada masa berikutnya pun mulai menjinakkan kuda liar ini dan menggunakannya sebagai hewan tunggangan atau hewan penarik kereta.


Kondisi lingkungan yang ekstrim menempa Criollo menjadi kuda yang tahan banting dan berstamina tinggi. Pampa dikenal sebagai daerah minim sumber air dan bersuhu ekstrim yang berubah drastis seiring musim. Pada musim panas, kuda ini hidup di padang rumput kering dengan suhu sepanas gurun pasir. Sedangkan pada musim dingin, Criollo harus bertahan dari dinginnya suhu yang mendekati titik beku.



Kuda Criollo



Secara umum perawakan kuda Criollo mirip ras Andalusia yang menjadi tetuanya. Tinggi bahu antara 145-150 cm dengan berat 400-500 kg. Postur Criollo lebih gempal dan kuat dengan kaki lebih pendek dan bulu ekor lebih tebal. Warna Criollo juga lebih bervariasi dengan bercak-bercak berwarna putih atau abu-abu pada sebagian individu.


Ketangguhan kuda Criollo pernah diuji oleh seorang Professor bernama Aime Felix Tschiffely yang melakukan perjalanan darat sejauh 21.500 km dari Buenos Aires di Argentina menuju kota Manhattan di New York, Amerika Serikat. Dua ekor kuda Criollo bernama Mancha (16 tahun) dan Gato (15 tahun) dilibatkan dalam ekspedisi ini. Keduanya digunakan secara bergantian sebagai tunggangan dan pengangkut perbekalan.


Perjalanan lintas negara ini tergolong berat karena melewati berbagai macam medan yang ekstrim mulai dari tepian pantai, padang rumput, gurun pasir, sungai yang deras, hutan tropis yang lebat, rawa-rawa penuh buaya dan nyamuk malaria hingga pegunungan bersalju yang terjal dengan elevasi 5.900 mdpl. Akhirnya, kuda-kuda  ini berhasil tiba New York setelah menempuh perjalanan selama 3 tahun (1925-1928).



  1. Friesian


Friesian termasuk jenis kuda berdarah dingin yang populer. Kuda ini berasal dari Friesland, suatu wilayah di pesisir utara Eropa antara Belanda-Jerman. Kuda Friesian memiliki struktur pertulangan yang kokoh dengan tubuh gempal. Rambut surai dan ekornya tumbuh lebat, panjang dan berkibar-kibar saat berlari kencang.


Perawakan kuda Friesian mirip kuda Brabant yang memiliki kepala besar dengan tubuh kekar. Kuda Friesian dulunya digunakan sebagai kuda perang dan kuda tunggangan ksatria abad pertengahan. Tentara pada masa-masa ini biasanya memakai pakaian pelindung berupa waring atau lempengan baju zirah berbahan besi yang berat.



Varian kuda Friesian berbadan kekar



Sebagian besar populasi kuda Friesian berwarna hitam, namun kuda dengan warna lain juga ditemukan. Pada awalnya, kuda ini dibudidaya sebagai kuda pekerja kelas ringan. Namun dengan tinggi bahu 147-173 cm, kuda ini tetap saja masih lebih besar dibanding postur kuda berdarah panas.


Agar diperoleh postur lebih proporsional dengan bobot lebih ringan, kuda Friesian disilangkan dengan kuda Arab. Proses kawin silang ini menghasilkan anakan Friesian dengan postur lebih menawan. Ukuran kepala lebih kecil, leher dan perut lebih ramping dengan kaki jenjang. Kuda Friesian yang ramping ini kemudian sering diikutsertakan dalam lomba berkuda cabang tunggang serasi. Sedangkan, kuda Firesian yang berukuran lebih besar tetap dijadikan sebagai kuda pekerja.



Varian Kuda Friesian berbadan Ramping



Untuk ukurannya yang besar, Friesian termasuk jenis kuda yang aktif dan gesit. Kuda ini banyak disukai orang karena sifatnya yang jinak, cerdas, mudah dilatih dan senang bermain. Tampilan kuda yang menyolok dengan rambut surai dan ekor yang lebat dan panjang membuat kuda ini banyak dilibatkan dalam pembuatan film-film Hollywood bergenre action, perang atau film-film bertema abad pertengahan.


Salah satu contoh kuda Friesian yang membintangi sebuah film adalah Tornado, kuda tunggangan berwarna hitam milik tokoh utama Don Alejandro de la Vega (Antonio Banderas) dalam film Zorro.



  1. Marwari


Marwari termasuk kuda berdarah panas yang berasal dari daerah Marwar (Jodhpur) di bagian barat India. Kuda ini memiliki postur sangat baik dengan tinggi bahu antara 142-163 cm. Kepala kecil, leher panjang, tubuh sedang dengan kaki jenjang. Rambut surai dan ekor tumbuh panjang. Kuda Marwari termasuk ras kuda langka yang kini mulai dicoba untuk dikembangkan kembali.


Salah satu ciri khas kuda Marwari adalah pertumbuhan telinganya yang melengkung dan mengarah ke samping hingga kedua ujung telinga bertemu di atas kepala. Dengan bentuk telinga seperti ini, Marwari mampu mendengar dan mendeteksi suara lebih baik dibanding jenis kuda lainnya. Bahkan, Marwari dikenal sebagai kuda dengan telinga paling sensitif di dunia. Kemampuan ini menjadikan Marwari sebagai kuda perang yang istimewa.


Ras kuda Marwari berasal dari kuda poni lokal yang digunakan masyarakat di bagian barat India selama berabad-abad. Kuda ini berukuran kecil namun tangguh dan berstamina. Masyarakat India menggunakan kuda ini sebagai kuda pekerja, penarik kereta, pengangkut beban dan kuda tunggangan.


Untuk memperbaiki postur tubuh, kuda poni kemudian disilangkan dengan kuda Arab. Proses kawin silang menghasilkan kuda dengan bentuk tubuh yang lebih tinggi dan proporsional.


Agar dapat disertakan dalam kafilah dagang yang menempuh perjalanan jauh, kuda Marwari juga disilangkan dengan kuda Mongol yang umum digunakan para pedagang lintas kerajaan pada saat itu untuk menempuh perjalanan di sepanjang jalur sutera.


Seleksi secara ketat dilakukan oleh peternak kuda Marwari atas perintah penguasa kerajaan Kanauj pada abad ke 12 di India. Saat kerajaan Mughal berkuasa di abad ke 16, kuda Marwari disilangkan dengan kuda Turkoman (Akhal-Teke) dari Turkmenistan untuk menghasilkan kuda perang yang berstamina dan mampu berlari lebih kencang. Proses budidaya dan seleksi ketat selama berabad-abad menjadikan kuda Marwari sebagai kuda yang tangguh di medan perang.



Kuda Marwari dengan bentuk telinga yang khas



Kuda Marwari memiliki banyak varian warna seperti: coklat kemerahan, merah berangan, putih, belang coklat putih, hitam dan lain-lain. Namun, warna favorit masyarakat India untuk kuda Marwari adalah abu-abu. Kuda berwarna putih lebih sering digunakan dalam upacara keagamaan. Sedangkan warna hitam kurang diminati karena melambangkan kematian atau duka cita.


Populasi kuda Marwari menurun drastis, saat India dikuasai Inggris. Pemerintah kolonial Inggris lebih menyukai kuda Thoroughbred dan Kuda Poni untuk olahraga Polo dibandingkan kuda Marwari yang dianggap sebagai kuda pribumi. Akibatnya, pada awal tahun 1930-an populasi kuda ini menjadi sangat langka dan nyaris punah. Namun, sejak tahun 1990, populasi kuda ini mulai meningkat setelah beberapa peternak yang bekerjasama dengan pemerintah mulai memberikan perhatian khusus untuk melakukan proses seleksi dan budidaya


sumber : dody94 wordpress

❮ PREVIOUS
NEXT ❯
ArtikelinfoduniaWowViralFakta UnikFlora dan FaunaInformasi Menarik
+
×
  • ic_write_new.png
  • ic_share.png
  • ic_order.png
  • sound.png malsa
  • view_list2.png listHD
  • ic_mode_light.png light
×
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
×
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_list2.png ic_mode_light.png ic_other.png
+